Kemudian Pahlawan Suprapto pun ditangkap dan ditahan di penjara Jepang , namun pada akhirnya bisa meloloskan diri. Lalu selepas dari pelariannya, kemudian jenderal megikuti sebuah pelatihan Kurus pemuda, latihan Kurus Syuisyintai, Seinendan, dan Keibodan. Lalu ia pun juga bekerja di salah satu kantor pendidikan masyarakat. Dan pada awal kemerdekaan RI, ia adalah salah satu pejuang yang ikut andil dan turut serta dalam merebut senjata dari pasukan Jepang yang ada di Cilacap. Kemudian ia masuk dalam anggota dari Tentara Keamanan Rakyat yang ada di Purworejo. Meskipun ia adalah pejuang yang sering melawan tentara Jepang, ia hanya dianggap sebagai pejuang biasa seperti halnya pejuang rakyat pada umumnya. Kemudian Jenderal Suprapto telah melakukan catatan sejarah selama ia masuk dalam TKR untuk melawan Inggris waktu di Ambarawa, dan tercatat pula dalam buku sejarah biografi Letnan Jenderal Suprapto.
Dalam biografi Letnan Jenderal Suprapto juga disebutkan bahwa jenderal bersama Panglima besar Jenderal Sudirman juga telah memimpin dan menjadi ajudannya dalam melawan bangsa Inggris. Sekembalinya ke Indonesia, ia pun sering ditugaskan secara berpindah-pindah, dan tempat pertama yang jenderal singgahi adalah di Ponegoro Semarang, yaitu sebagai Kepala Staf dari Tentara dan Territorial IV (T&T). Lalu ia ditarik kembali ke Jakarta untuk ditugaskan sebagai Staf dari Angkatan Darat, lalu Menteri Pertahanan, dan terakhir sebagai Debuty Kepala Staf dari Angkatan Darat wilayah daerah Sumatera yang markasnya di Medan. Tugas yang ia emban ini sangatlah berat, karena ia harus berhati-hati agar peristiwa yang terjadi sebelumnya yaitu pemberontakan tidak terulang kembali.
Pada tanggal 1 Oktober dini hari, Suprapto, didatangi oleh sekawanan orang yang mengaku sebagai pengawal kepresidenan (Cakrabirawa), yang mengatakan bahwa ia dipanggil oleh presiden Sukarno untuk menghadap. Suprapto kemudian dimasukkan ke dalam truk dan dibawa ke Lubang Buaya, daerah pinggiran kota Jakarta, bersama dengan 6 orang lainnya.
Malam harinya, Jendral Suprapto dan keenam orang lainnya ditembak mati dan dilemparkan ke dalam sebuah sumur tua. Baru pada tanggal 5 Oktober, jenazah para korban pembunuhan tersebut bisa dikeluarkan dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Di hari itu juga, Presiden Sukarno mengeluarkan Kepres no. 111/KOTI/1965, yang meresmikan Suprapto bersama korban Lubang Buaya yang lain sebagai Pahlawan Revolusi dengan diberikan pangkat Letnan Jenderal untuk mengenang akan jasa dan pengabdian beliau.
PENDIDIKAN
- MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yang setara SLTP di Yogyakarta
- AMS (Algemeene Middlebare School) yang setara SLTA di Yogykarta
- Koninklijke Militaire Akademie di Bandung
PENGHARGAAN
- Gelar Pahlawan Revolusi
Post Comment