Masa pendidikan Ismail Marzuki dimulai dengan belajar di HIS Idenburg,
Menteng sampai kelas 7, berlanjut ke MULO di jalan Menjangan, Jakarta.
Selepas mendapat ijazah MULO dan kemampuan berbahasa Inggris dan
Belanda, ia bekerja di Socony servie Station untuk beberapa saat hingga
kemudian pindah ke perusahaan dagang KK Nies. Ia senang bekerja pada
perusahaan yang merekam piringan hitam dan menjual alat-alat music,
karena disinilah bakatnya dibidang music bisa tersalurkan. Dalam
biografi Ismail Marzuki disebutkan, hobinya dengan music terpupuk dengan
baik saat usia sekolah ayahnya membelikan alat music seperto harmonica,
mandolin dan lainnya. Dengan alat music tersebut ia aktif mengasah
kemampuannya bermain music dan mampu menciptakan lagu pada usia 17 tahun
dengan judul O Sarinah.
Karir bermusik Ismail Marzuki dimulai sejak ia bergabung dengan
perkumpulan orkes Lief Java dibawah pimpinan Hugo Dumas pada tahun 1936.
Di grup inilah kemampuannya terus terasah dan meningkat dengan pesat.
Kreatifitasnya dalam mengaransemen lagu dengan genre yang beragam, lagu
Barat, Irama Keroncong dan Langgam Melayu sangat diapresiasi. Ia orang
pertama yang mengganti harmonium pompa dalam langgam melayu dengan
instrument akordean. Mengikuti karirnya dalam biografi Ismail Marzuki
sungguh menarik. Pada tahun 1937 beberapa lagu Bang maing seperti O
Sarinah, Ali Baba Rumba, dan Olhe Lheu Dari Kotaradja direkam dalam
piringan hitam dan mendapat sambutan yang sangat antusias dari para
penggemar music. Pada tahun 1938, Ia membawakan lagu bertajuk Duduk
Termenung untuk mengisi suara dalam film Terang Bulan, karena Rd.
Muchtar selaku pemerannya tidak dapat menyanyikannya. Sukses di dunia
film, Ia diundang dalam serangkaian pementasan di Singapura dan
Malaysia. Pada tahun 1939, Ia menciptakan lagu berjudul Als De Orchideen
Bloeien yang mampu memukau hati penggemar diseluruh tanah air hingga
melintas ke negeri Belanda.
Menelaah lebih dalam biografi Ismail Marzuki, kita jadi mengetahui kalau
Ia adalah seorang pejuang kemerdekaan melalui syair lagu. Lagu-lagu
yang Ia ciptakan mampu membakar semangat perlawanan rakyat pribumi
terhadap para penjajah. Ia menggubah lagu Indonesia Pusaka dan Bisikan
Tanah air yang berujung pada pemanggilan dirinya oleh Kenpetai, karena
lagunya yang disiarkan secara luas melalui radio dianggap memprovokasi
rakyat untuk melawan penjajah Jepang. Ia menciptakan mars Gagah Perwira
untuk memberi semangat perjuangan kepada para pasukan Peta (Pembela
Tanah Air). Sedangkan lagu Rayuan Pulau Kelapa, Ia ciptakan pada tahun
1944.
Pada biografi Ismail Marzuki, sisi kehidupan pribadinya
terungkap, kalau Ia menikah dengan Eulis Zuraidah. Ia memiliki anak
angkat bernama Rachmi Aziah, sedangkan sampai akhir hayatnya Ia tidak
dikaruniai anak kandung yang terlahir dari Rahim istrinya. Tahun 1956,
Ia menulis lagu berjudul Inikah Bahagia saat sedang sakit. Menjalani
masa sakit selama dua tahun hingga akhirnya pada tanggal 25 Mei 1958 Ia
meninggal dunia dalam usia 44 tahun. Namanya terkenang sepanjang masa
dan terabadikan lewat Pusat Kebudayaan dan Sastra di Salemba Jakarta
Pusat dengan nama Taman Ismail Marzuki. Ia dianugerahi sebagai salah
satu Pahlawa Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden No 089/TK/ tahun
2004.
Penghargaan Ismail Marzuki
- Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden No 089/TK/ tahun 2004
- Namanya diabadikan sebagai pusat seni dan kebudayaan Taman Ismail Marzuki (TIM), 1968
Post Comment