Biografi I Gusti Ngurah Rai

Biografi I Gusti Ngurah Rai Tokoh Pahlawan Nasional

    Profil I Gusti Ngurah Rai    

Nama : I Gusti Ngurah Rai
Lahir : Petang, Kabupaten Badung, Bali, Hindia Belanda | 30 Januari 1917
Meninggal : Marga, Tabanan, Bali | 20 November 1946 (umur 29)
Makam : Taman Makam Pahlawan Margarana Bali
Agama : Hindu
Zodiac : Aquarius
Warga Negara : Indonesia

    Biografi I Gusti Ngurah Rai    

I Gusti Ngurah Rai, adalah pahlawan nasional dari daerah Bali. Terkenal dengan gagasan perangnya yakni Puputan Margarana yang berarti perang secara habis-habisan di daerah Margarana (Kecamatan di pelosok Kabupaten Tabanan, Bali). Memiliki darah pejuang dengan tanah kelahiran Badung, Bali pada 30 Januari 1917. Ia merupakan anak camat yang bernama I Gusti Ngurah Palung. Hal ini pula yang menjadikan ia berkesempatan untuk bersekolah formal di  Holands Inlandse School (HIS). Untuk mengenal lebih mendalam, mari kita ulas bersama biografi I Gusti Ngurah Rai.
Biografi I Gusti Ngurah Rai diawali dengan perjalanan pendidikannya di masa kecil. I Gusti Ngurah Rai memilih untuk mengawali pendidikan formalnya di Holands Inlandse School di Bali.  Setelah tamat dari HIS ia melanjutkan ke MULO (setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) di Malang. Selanjutnya ia memperdalam ilmu kemiliterannya di Prayodha Bali, Gianyar dilanjutkan pendidikan di Corps Opleiding Voor Reserve Officieren (CORO) di Magelang dan pendidikan Arteri Malang. Berkat pendidikan militer yang banyak serta kecerdasan yang ia miliki, ia sempat menjadi intel sekutu di daerah Bali dan Lombok. 

Biografi I Gusti Ngurah Rai  berlanjut pada masa perjuangan melawan penjajah colonial. Setelah pemerintahan Indonesia merdeka, I Gusti Ngurah Rai membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sunda Kecil dan di Bali dan memiliki pasukan bernama Ciung Wanara. Pasukan ini dibentuk untuk membela tanah air guna melawan penjajah di daerah Bali.  Sebagai seorang Komandan TKR di Sunda Kecil dan, ia merasa perlu untuk melakukan konsolidasi ke Yogyakarta yang menjadi markas TKR pusat. Sampai di Yogyakarta I GUsti Ngurah Rai dilantik menjadi komandan Resimen Sunda Kecil berpangkat Letnan Kolonel. Sekembalinya dari Yogyakarta dengan persenjataan, I Gusti Ngurai Rai mendapati Bali telah dikuasai oleh Belanda dengan mempengaruhi raja-raja Bali. 
Biografi I Gusti Ngurah Rai berlanjut dengan meletusnya perang di Bali. Setelah kepulangannya dari Yogyakarta Ia mendapati pasukan Belanda dengan 2000 pasukan dan persenjataan lengkap dan pesawat terbang siap untuk menyerang I Gusti Ngurah Rai dengan pasukan kecilnya. Bersama dengan pasukan Ciung Wanaranya, I Ngurah Rai berhasil memukul mundur pasukan Belanda pada saat itu pada tanggal 18 November 1946. Namun hal ini justru membuat pihak Belanda menyiapkan bala tentara yang lebih banyak dari Pulau Jawa, Madura dan Lombok untuk membalas kekalahannya. Pertahanan I Gusti Ngurah Rai berhasil dipukul mundur dan hingga akhirnya tersisa pertahanan Ciung Wanara terakhir di desa Margarana. Kekuatan terakhir ini pun dipukul mundur lantaran seluruhnya pasukannya jatuh ke dasar jurang. Hal ini pulalah yang diabadikan dengan istilah puputan Margarana (perang habis-habisan di daerah Margarana) pada tanggal 20 November 1946. 
Berkat usaha yang gigih memperjuangkan Bali untuk masuk menjadi kekuasaan Indonesia (sesuai kesepakatan Linggarjati hanya Sumatra, Jawa, dan Madura yang masuk kekuasaan Indonesia) Ngurah Rai mendapat gelar Bintang Mahaputra dan  dan kenaikan pangkat  menjadi Brigjen TNI (Anumerta). Ia meninggal pada usia 29 tahun dan memperoleh gelar pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden RI No. 63/TK/1975 tanggal 9 Agustus 1975. Namanya pun diabadikan menjadi nama Bandara di kota Bali. 

    Pendidikan I Gusti Ngurah Rai    

  • HIS, Denpasar
  • MULO, Malang
  • Prayodha Bali, Gianyar, Bali
  • Corps Opleiding Voor Reserve Officieren (CORO), Magelang
  • Pendidikan Artileri, Malang

    Karir I Gusti Ngurah Rai    

  • Brigjen TNI (anumerta)
  • Letnan Kolonel
  • Letnan II

    Penghargaan I Gusti Ngurah Rai    

  • Bintang Mahaputra
  • Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI no 63/TK/1975 tanggal 9 Agustus 1975

Biografi Halim Perdanakusuma “Sang Pahlawan Muda dari Sampang, Madura”


Biografi Halim Perdanakusuma “Sang Pahlawan Muda dari Sampang, Madura”

    Profil Halim Perdanakusuma    

Nama Lengkap : Abdul Halim Perdanakusuma
Lahir : 18 November 1922, Sampang, Madura, Jawa Timur, Hindia Belanda
Meninggal : 14 Desember 1947 (umur 25), Lumut, Perak, Uni Malaya
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata
Zodiac : Scorpion
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam

    Biografi Halim Perdanakusuma    

Pahlawan satu ini siapa yang tidak mengenalnya, nama yang dijadikan sebuah nama bandara di kota Jakarta ini adalah tokoh pahlawan nasional yang gugur di medan perang. Pahlawan yang gagah berani dan mempunyai tekatd serta teladan bagi anda semua. Tentang biografi Halim Perdanakusuma biasanya anda dengar di mata kulaih sejarah maupun pelajaran sejarah saat menjajaki pendidikan sekolah dasar maupun menengah. Tidak ada salahnya jika mengulas kembali perjalanan dari pahlawan Halim Perdanakusuma ini. Tentunya ini malah akan membuka kenangan serta mengingat kembali jasa-jasa yang beliau lakukan untuk memerdekakan bangsa Indonesia.
Dalam biografi Halim Perdanakusuma, beliau adalah tokoh pahlawan nasional yang lahir di kota Sampang, Madura pada tanggal 18 November 1922 dan meninggal di Malaysia tanggal 14 Desember 1947 tepat diusianya berumur 25 tahun . Beliau adalah salah satu toko pahlawan yang menempuh pendidikan di sekolah dasar HIS dan menengah pertama MULO di Sampang. Kemudian beliau melanjutkan studinya di Magelang ke sekolah Pamong Praja (MOSVIA) yang ditempuh pada tingkat II saja. Lalu beliau menjalani transisi training navigasi bersama Royal Canadian Air Force di Inggris saat penjajahan Jepang berlangsung yaitu tahun 1942. Karena kepiawaiannya, saat kembali ke Indonesia ia ditugaskan untuk ikut serta dalam percobaan pesawat terbang AURI tanggal 23 April 1946 dari Jakarta menuju Sumenep dan Malang dan ditugaskan untuk mendirikan cabangnya di daerah Bukit Tinggi. 

Berdasarkan biografi Halim Perdanakusuma tanggal 17 Oktober 1947, beliau ditugaskan kembali untuk memimpin sebuah pasukan untuk terjun di daerah Kalimantan. Kemudian tanggal 14 Desember 1947 ia ditugaskan kembali terbang dari Thailand ke Indonesia dengan menggunakan AVRON ANSON RI-003 untuk mengambil obat-obatan dan perlengkapan persenjataan. Beliau berangkat bersama opsir Iswahyudi. Di Malaysia tepatnya di Labuhan Bilik Besar Pantai Lumut, akan tetapi cuaca udara semakin memburuk. Yang mana cuaca tersebut mengakibatkan sayap pesawat AVRON patah dan kemudian menjadi meledak. Keduanya Halim dan Iswahyudi gugur di peristiwa tersebut. Jasad dari pahlawan halim dapat ditemukan. Tetapi untuk opsir Iswahyudi sampai sekarang masih belum ditemukan.
Dalam catatan biografi Halim Perdanakusuma, ia dimakamkan di Malaysia hingga tanggal 10 November 1975 kemudian kerangka jenazahnya dipindah ke Indonesia lalu dimakamkan di TMP Nasional Kalibata. Halim dianugerahi gelar sebagai pahlawan nasional dengan SK presiden bernomor 063/TK/1975 pada tanggal 9 Agustus 1975.
Untuk mengenang jasa-jasa beliau selama hidupnya, pemerintahan Indonesia mengabdikan nama Halim Perdanakusuma sebagai sebuah lapangan udara militer di daerah Jakarta yang dikenal sebagai lapangan udara Halim Perdanakusuma. Beliau juga meninggalkan seorang istri bernama Koessadalina dan seorang putera bernama Ian Santoso. Nama-nama tersebut adalah kenang-kenangan yang diberikan sahabatnya yang gugur dalam perang Dunia II, sahabat karibnya tersebut bernama Wing Commander yang berasal dari daerah Scotlandia.

    Pendidikan Halim Perdanakusuma    

  • Sekolah Dasar (HIS), ELS,
  • Sekolah Menengah Pertama MULO,
  • MOSVIA (Sekolah Pamong Praja) di Magelang hanya sampai tingkat II, 
  • Training navigasi bersama Royal Canadian Air Force di Inggris (1942)

    Karir Halim Perdanakusuma    

  • 1946: Anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR) 
  • 1947: Dipromosikan menjadi Komodor, ditugaskan untuk mendirikan cabang AURI di Bukittinggi, Sumatera Barat
  • 1947: Wakil II kepala staf AURI dengan pangkat Komodor Muda

    Penghargaan Halim Perdanakusuma    

  • 1975: Gelar pahlawan nasional RI dengan SK Presiden No 063/TK/1975

Biografi Jenderal Ahmad Yani "Sang Pahlawan Revolusi"


Biografi Jenderal Ahmad Yani "Sang Pahlawan Revolusi"

    Profil Ahmad Yani    

Nama : Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani
Tanggal Lahir : 19 Juni 1922
Tempat Lahir : Purworejo, Jawa Tengah, Hindia Belanda
Meninggal : 1 Oktober 1965 (umur 43), Jakarta
Makam : Taman Makam Pahlawan di Kalibata
Zodiak : Libra
Kebangsaan : Indonesia
Istri : Yayu Rulia Sutowiryo Ahmad Yani
Anak : 8
Agama : Islam

    Biografi Ahmad Yani    

Ahmad Yani dilahirkan pada 19 Juni 1922 di Purworejo Jawa Tengah di keluarga Wongsoredjo. Ahmad yani ikut pindah keluarganya ke Batavia pada tahun 1927. Ahmad Yani menjalani pendidikan dasar di HIS (Setingkat Sekolah Dasar)Bogor selesai pada tahun 1935. Berlanjut dengan menempuh pendidikannya ke MULO (setingkat SMP), berada pada kelas B Afd dikota yang sama yaitu Bogor. Di biografi Jenderal Ahmad Yani disebutkan, selepas selesai dari MULO pada tahun 1938, Ia pindah ke Jakarta untuk melanjutakan pendidikan ke AMS (setingkat SMU) masuk pada bagian B dan hanya bertahan sampai kelas dua karena kena wajib militer.
Pada tahun 1940, pemerintah Hindia Belanda melakukan kebijakan wajib militer. Dari sisnilah pendidikan Militer Ahmad Yani dimulai. Ahmad Yani mempelajari tentang topografi militer di Malang jawa Timur, namun belum sempat selesai terganggu oleh kedatangan pasukan Jepang pada tahun 1942. Ia dan keluarganya kembali ke daerah Jawa Tengah. Dalam biografi Jenderal Ahmad Yani disebutkan, pada tahun 1943 Ia bergabung dengan pasukan Peta (Pembela Tanah Air) dan menjalani pelatihan di Magelang. Tahap selanjutnya, Ia menjalani pendidikan komandan peleton Peta di Bogor jawa Barat. Selesai dari Bogor, kembali lagi ke Magelang dan menjadi instruktur. Pada tahun tersebut, dia mengawali karier militer dengan pangkat Sersan
Pada masa awal kemerdekaan, ahmad yani bergabung dengan tentara Republik Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dari Belanda yang masih terus merongrong. Ahmad Yani membentuk battalion dan dirinya yang menjadi komandan serta menorehkan kemenangan pertama di Magelang, saat belanda mencoba mengambil alih Magelang dan digagalkan oleh dirinya beserta pasukan. Maka Ahmad Yani mendapat Julukan ``Juruselamat Magelang``. Pada biografi Jenderal ahmad yani disebutkan, setelah terbentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), ia ditugaskan menjadi komandan TKR di Purwokerto. Saat terjadi Agreis Militer Belanda Pertama, ahmad yani dan pasukannya yang berada didaerah Pingit berhasil menghalau serangan Belanda melalui perang gerilya. Agresi Militer Belanda yang kedua dilancarkan kembali, Dia diberikan kepercayaan sebagai komandan Wehrkreise II untuk wilayah pertahanan Kedu. Setelah Indonesia berdaulat, muncul gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) diwilayah Jawa Tengah. Ahmad Yani ditugaskan untuk menumpas pemberontakan tersebut. Dalam rangka tugas tersebut ahmad Yani membentuk pasukan khusus yang diberi nama ``The Banteng Raiders``. Pasukan DI/TII berhasil dikalahkan. Ia bertugas di staf Angkatan Darat.
Pada lintasan biografi Jenderal Ahmad Yani dijelaskan, pada Desember 1955 Ia mendapat tugas belajar selama 9 bulan di Komando dan Staf Umum College, Fort Leavenwort, Texas kembali pada 1956. Kemudian mengikuti pendidikan dua bulan pada special Warfare Course di Inggris. Setelahnya, Ahmad Yani dipindah ke Markas Besar Angkatan Darat di Jakarta menjadi anggota staf umum untuk Abdul Haris Nasution. Selanjutnya menjabat Asisten Logistik Kepala Staf angkatan darat. Karirnya naik menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat untuk organisasi dan kepegawaian. Pada tahun 1958 terjadi pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) di Sumatera Barat. Saat itu ia berpangkat kolonel dan mendapat mandate sebagai komandan komando Operasi 17 Agustus dan berhasil menumpas pemberontak. Keberhasilannya menjadikan Ia mendapat promosi jabatan pada 1 September 1962 menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat ke-2. Setahun kemudian, tepatnya 13 November 1963 menjadi Panglima Angkatan Darat yang otomatis menjadi Menteri di Kabinet Presiden Soekarno.
Pada era akhir kepemimpinan, Presiden Soekarno lebih condong kepada haluan Komunis dan memaksakan ideologi Nasakom. Pada tanggal 31 Mei 1965, Ahmad yani dan nasution juga bersebrangan pendapat dengan PKI tentang rencana pembentukan tentara angkatan kelima, yaitu buruh dan tani yang dipersenjatai. Pada saat PKI melancarkan Gerakan 30 September, Ahmad yani menjadi menjadi salah satu target operasi tersebut. Pada tanggal tersebut, rumah Ahmad yani di Jalan Latuhahary No.6 di Menteng Jakarta Pusat, dikepung oleh sekitar 200 orang. Para penculik masuk kerumah Ahmad Yani, masuk ke rumah dan memaksa Ahmad Yani untuk ikut mereka dan mengatakan akan dihadapkan pada Presiden. Ahmad yani meminta untuk mandi dan berganti pakaian, namun ditolak oleh para penculik dan terjadi insiden hingga penembakan yang menewaskan Ahmad Yani pada 1 Oktober dini hari di depan kamar tidurnya. Penculik membawa jenazah Ahmad Yani ke Lubang Buaya di Jakarta Timur dan dimasukkan ke dalam sumur bekas bersama para Jenderal yang dibunuh lainnya. Dalam rekam sejarah biografi Jenderal Ahmad Yani disebutkan, Jenazah para korban G-30 S PKI diangkat dari sumur pada tanggal 4 Oktober 1965 dan di makamkan di TMP Kalibata tanggal 5 setelah melalui upacara kenegaraan. Ahmad Yani dan rekan-rekannya yang terbunuh, dinyatakan sebagai Pahlawan Revolusi melalui Keppres Nomor 111/KOTI/1965 dan pangkatnya dinaikkan secara anumerta menjadi Jenderal Anumerta. Kini bekas rumah Ahmad yani dijadikan sebagai museum public yang suasananya dibuat sama dengan kondisi semula tahun 1965. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Namanya kini terkenang sebagai nama jalan hampir di tiap kota seluruh Indonesia.

    Pendidikan    

  • HIS (setingkat SD) Bogor, tamat tahun 1935
  • MULO (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
  • AMS (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
  • Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
  • Pendidikan Heiho di Magelang
  • PETA (Tentara Pembela Tanah Air) di Bogor
  • Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, Amerika Serikat, tahun 1955
  • Special Warfare Course di Inggris, tahun 1956

    Bintang Kehormatan    

  • Bintang RI Kelas II
  • Bintang Sakti
  • Bintang Gerilya
  • Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II
  • Satyalancana Kesetyaan VII, XVI
  • Satyalancana G: O.M. I dan VI
  • Satyalancana Sapta Marga (PRRI)
  • Satyalancana Irian Barat (Trikora)
  • Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958) dan lain-lain

    Penghargaan    

  • Pahlawan Revolusi (SK Presiden Nomor 111/KOTI/1965)

Biografi Sultan Agung "Sang Pandita Ratu Musuh V.O.C"


Biografi Sultan Agung "Sang Pandita Ratu Musuh V.O.C" Pahlawan Nasional

    Profil Sultan Agung    

Nama : Sultan Agung
Lahir : 1593, Kutagede, Kesultanan Mataram
Meninggal : 0 - 1 - 1593
Ayah : Prabu hanyakrawati
Ibu : Ratu Mas Adi Dyah Banawati
Warga Negara : Indonesia




    Biografi Sultan Agung    

Sultan Agung terlahir dengan nama Raden Mas Jatmika di Kotagede, kasultanan mataram pada tahun 1593. Dan dikenal pula dengan nama Raden Mas Rangsang. Beliau merupakan putra dari raja Mataram Islam ke dua Prabu hanyakrawati dan Ratu Mas adi Dyah banawati yang merupakan putri Pangeran Benawa raja Pajang. Pada usia 20 tahun beliau diangkat menjadi Raja Mataram menggantikan Ayahnya pada tahun 1613 dengan bergelar ``Panembahan Hanyakrakusuma``. Pada tahun 1624, setelah penaklukan Madura, belai berganti gelar menjadi ``Susuhunan Agung Hanyakrakusuma``. Pada biografi Sultan Agung disebutkan, pada tahun 1640 mengganti gelar menjadi ``Sultan Agung Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman``. Setahun kemudian mendapat gelar dari pemimpin Ka`bah di Makkah dengan nama ``Sultan Abdullah Muhammad maulana Mataram``.

Sultan Agung, seorang raja yang memiliki kesadaran tentang pentingnya kesatuan wilayah seluruh tanah Jawa. Dalam periode kepemimpinanaya banyak terjadi proses penaklukan untuk berbgai wilayah ditanah Jawa. Hampir seluruh wilayah Pulau jawa dari Pasuruan sampai Cirebon berhasil masuk dalam wilayah kekuasaannya. Begitupula daerah pesisir seperti Surabaya dan Pulau Madura masuk dalam wilayah daulat pemerintahannya. Pada masa pemerintahannya, Mataram juga menjalin kerjasama dan hubungan diplomatic dengan kerajaan lain, seperti Makasar yang merupakan kerajaan terkuat di Sulawesi dalam bentuk perdagangan. Biografi Sultan Agung , kalau beliau mempersatukan wilayah bukan hanya dari jalur militer, namun juga melalui strategi kebudayaan. Salah satu karya beliau yang masih dipakai saat ini adalah Kalender Jawa Islam yang merupakan perpaduan Kalender Hijriah yang dipakai Jawa pesisir utara dengan Kalender Saka yang dipakai penduduk pedalaman pulau Jawa. Beliau juga orang yang ahli dalam bidang sastra sebagai tuntunan hidup ketununannya dalam naskah mistik Sastra Gending. Beliau juga meletakkan pondasi perekonomian pada sector pertanian, sebagai sebuah kewajaran, karena kerajaannya berada pada wilayah pedalaman.
Sultan Agung dikenal sebagai raja terbesar dinasti kerajaan Mataram Islam yang menjadikan kerajaan tersebut mencapai puncak kejayaan. Pada masa pemerintahannya. Penjajah Belanda melalui V.O.C sudah masuk ke tanah Jawa dan berhasil menguasai Jayakarta dan mengganti dengan nama Batavia. Awalanya terjadi hubungan perdagangan antara Kerajaan Mataram dengan V.O.C. Namun terjadi perbedaan pandangan hingga akhirnya terjadi perseteruan. Sultan Agung memerintahkan untuk menyerang Batavia yang dikuasai V.O.C pada 27 Agustus 1628 dengan menunjuk Tumenggung Bahureksa (Bupati Kendal) sebagai pimpinannya. Bulan Oktober tiba lagi pasukan Mataram di Batavia dipimpin Pangeran Mandurareja yang merupakan cucu Ki Juru Martani. Total pasukan Mataram saat itu sebesar 10.000 prajurit dan terjadi peperangan di benteng Holandia. Karena kurangnya perbekalan, pasukan mataram mengalami kekalahan. Pada biografi Sultan Agung dijelaskan, setelah kegagalan penyerangan pertama, Beliau melakukan evaluasi. Bulan Mei 1629, Mataram mengirimkan kembali pasukan ke Batavia dipimpin Adipati Ukur, yang disusul pada bulan Juni 1629 oleh pasukan yang dipimpin Adipati Juminah. Total pasukan yang dikirim 14.000 prajurit. Untuk mengantisipasi kegagalan pertama, Sultan agung memerintahkan dibangunnya lumbung-lumbung beras di Karawang dan Cirebon. Rupanya terjadi pengkhianatan didalam pasukan,sehingga informasi tersebut bocor, sehingga V.O.C memusnahkan semua lumbung padi tersebut dan mataram mengalami kekalahan untuk kedua kalinya. Rencana penyerangan ketiga dilakukan dengan mengirim orang-orang Mataram untuk membuka areal persawahan di Sumedang dan Purwakarta, namun gagal karena beliau Wafat terlebih dahulu.
Biografi Sultan Agung mengisahkan, kalau beliau merupakan orang yang egaliter. Guna menghilangkan kesenjangan antara para bangsawan dan pejabat kerajaan, beliau menetapkan penggunaan bahasa bagongan dalam keseharian. Perubahan struktur bahasa Jawa ini guna menciptakan keguyuban dan menghilangkan ewuh pakewuh yang berlebih untuk mengutarakan pendapat dari para pejabat tingkat bawah ke atasnya atau pula untuk menyampaikan gagasan kepada bangsawan termasuk beliau sebagai seorang raja. Asimilasi budaya juga merambah ke wilayah Sunda, salah satunya ditandai dengan perubahan bahasa Sunda menjadi halus dan sangat halus yang semula hanya ada pada bahasa Jawa.
Biografi Sultan Agung memberikan informasi tentang kemampuan Sultan Agung yang tidak hanya tampak pada luarnya saja, namun juga pada sisi batiniah beliau. Sultan Agung, termasuk orang yang taat beribadah dan tetap pula menghayati nilai-nilai leluhur Jawa. Sultan Agung mengetahui ajalnya sudah dekat pada tahun 1645. Maka pada tahun tersebut, beliau memerintahkan pembangunan Astana Imogiri di Bantul sebagai pusat pemakaman keluarga raja-raja kesultanan Mataram. Pada tahun yang sama, beliau juga menuliskan Sastra Gending sebagai wejangan dan tuntunan kehidupan anak turunnya. Dan betul, kewaskitaannya terbukti, pada tahun 1645 seusai pembangunan Astana Imogiri beliau wafat dan menjadi penghuni pertama Astana Imogiri.

    Penghargaan Sultan Agung    

  • Gelar Pahlawan Nasional S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.

Biografi Sultan Hasanuddin ”Ayam Jantan Dari Timur”


    Profil Sultan Hasanuddin    

Nama : Sultan Hasanuddin
Tempat Lahir : Makassar, Sulawesi Selatan
Tanggal Lahir : Minggu, 12 Januari 1631
Zodiac : Capricorn
Meninggal :  Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670
Makam : Komplek Pemakaman Raja-Raja Gowa, Sulawesi Selatan
Agama : Islam
Ayah : Sultan Malikussaid
Ibu :  I Sabbe To'mo Lakuntu

    Biografi Sultan Hasanuddin    

Jika mendengar predikat ayam jantan dari timur anda pasti akan langsung teringat dengan pahlawan nasional yang bernama sultan hasanuddin. Sultan hasanuddin merupakan pahlawan nasional yang lahir pada tanggal 12 januari tahun 1931. Beliau merupakan raja dari kerajaan gowa yang ke-16. Nama asli beliau adalah I Mallombasi Muhammad bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape. Setelah beliau memeluk agama islam barulah beliau lebih dikenal dengan sultan hasanuddin. Beliau diangkat sebagai raja Gowa pada umur 24 tahun. Mari kita bahas lebih lanjut lagi tentang biografi sultan hasanuddin dibawah ini.

Beliau mendapat gelar oleh Belanda sebagai ayam jantan dari timur atau de Haav Van de oesten. Hal ini dikarenakan kegigihan dan juga keberaniannya dalam melawan pasukan pemerintahan Belanda. Beliau lahir di kota makasar dan ayah sultan hasanuddin adalah sultan malikusaid yang merupakan Raja Gowa yang Ke 15. Sultan hasanuddin mulai memerintah Gowa pada saat pemerintahan colonial Belanda mulai menjajah Indonesia dan ingin mengusai rempah-rempah yang terdapat di Indonesia terutama didaerah Gowa. Pada saat itu Gowa merupakan jalur utama perdagangan dari berbagai kota dan Negara. Menurut biografi sultan hasanuddin, pada saat itu banyak sekali kerajaan yang sudah dikuasai oleh Belanda. Tetapi oleh sultan hasanuddin, beliau mengumpulkan berbagai kerajaan kecil dan bergabung untuk mengusir Belanda.
Pada tahun 1660 mulailah peperangan antara kerajaan Gowa dengan pemerintahan VOC. Pada saat itu pemerintahan Belanda dibantu oleh kerajaan bone yang sudah ditaklukan oleh Belanda. Pada saat peperangan raja dari kerajaan bone wafat dalam pertempuran. Akhirnya peperangan itu berakhir damai tetapi tak berlangsung lama sultan hasanuddin melawan kembali pemerintahan Belanda karena merasa dirugikan. Beliau akhirnya mencuri 2 kapal milik Belanda yaitu kapal Leeuwin dan De walfis. Ini banyak diceritakan di cerita tentang biografi sultan hasanuddin.
Belanda marah besar dan akhirnya mengirim pasukan yang lebih banyak ke kerajaan gowa. Pertempuran tersebut dipimpin oleh panglima Belanda yang bernama cornelis Spellman. Sultan hasanuddin mengalami kewalahan dan akhirnya memutuskan untuk menandatangani perjanjian bongaya. Perjanjian tersebut dilakukan pada tanggal 18 november tahun 1667. Pada tanggal 12 april tahun 1668, pangeran antasari dan pasukannya kembali menyerang Belanda tetapi dikarenakan pasukan Belanda yang semakin banyak. Benteng pertahanan terakhir kerajaan Gowa yaitu Benteng sombaopu akhirnya runtuh dan dikuasai oleh Belanda. Cerita tentang benteng sombaopu banyak diceritakan dalam biografi sultan hasanuddin.
Walaupun seperti itu sultan hasanuddin tetap tidak mau tunduk terhadap pemerintahan Belanda. Akhirnya sultan hasanuddin mundur dari tahtannya dan beliau wafat pada tanggal 12 juni tahun 1670. Beliau merupakan salah satu pahlawan nasional yang memiliki jiwa pantang menyerah dengan pemerintahan Belanda. Beliau menghabiskan banyak cara untuk mengusir Belanda dari Gowa dan membuat pemerintahan Belanda untuk tidak dapat menguasai rempah-rempah di Gowa. Sekian artikel tentang biografi sultan hasanuddin. Semoga dapat bermanfaat untuk anda.

    Penghargaan Sultan Hasanuddin    

  • Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden : Keppres No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973

Biografi Ismail Marzuki "Mendendangkan Api Perjuangan"


Biografi Ismail Marzuki "Mendendangkan Api Perjuangan" Tokoh Pahlawan Nasional

    Profil Ismail Marzuki    

Nama Lengkap : Ismail Marzuki
Tempat Lahir : Batavia, Indonesia
Tanggal Lahir : Senin, 11 Mei 1914
Meninggal : Jakarta, 5 Januari 1958 (umur 44)
Makam : TPU Karet Bivak, Jakarta
Istri : Eulis Zuraidah
Agama : Islam
Zodiac : Taurus
Warga Negara : Indonesia


    Biografi Ismail Marzuki    

Ismail Marzuki atau Bang Maing sapaan akrapnya adalah putra Betawi, lahir pada 11 Mei 1914 di Kwitang, Senen, Batavia atau Jakarta Sekarang ini. Beliau merupakan komponis besar yang telah menciptakan lebih dari 200 lagu. Lagu-lagunya yang melegenda diantaranya sepasang mata bola, Rayuan pulau kelapa yang merupakan lagu penutup siaran TVRI pada jaman Orde Baru, Indonesia Pusaka, dan masih banyak lagi. Pada biografi Ismail Marzuki disebutkan, bahwa ibunya meninggal saat usianya masih tiga bulan sehingga sosok ibu digantikan oleh Anie Haminah, kakak kandungnya yang berumur sebelas tahun diatasnya.

Masa pendidikan Ismail Marzuki dimulai dengan belajar di HIS Idenburg, Menteng sampai kelas 7, berlanjut ke MULO di jalan Menjangan, Jakarta. Selepas mendapat ijazah MULO dan kemampuan berbahasa Inggris dan Belanda, ia bekerja di Socony servie Station untuk beberapa saat hingga kemudian pindah ke perusahaan dagang KK Nies. Ia senang bekerja pada perusahaan yang merekam piringan hitam dan menjual alat-alat music, karena disinilah bakatnya dibidang music bisa tersalurkan. Dalam biografi Ismail Marzuki disebutkan, hobinya dengan music terpupuk dengan baik saat usia sekolah ayahnya membelikan alat music seperto harmonica, mandolin dan lainnya. Dengan alat music tersebut ia aktif mengasah kemampuannya bermain music dan mampu menciptakan lagu pada usia 17 tahun dengan judul O Sarinah.
Karir bermusik Ismail Marzuki dimulai sejak ia bergabung dengan perkumpulan orkes Lief Java dibawah pimpinan Hugo Dumas pada tahun 1936. Di grup inilah kemampuannya terus terasah dan meningkat dengan pesat. Kreatifitasnya dalam mengaransemen lagu dengan genre yang beragam, lagu Barat, Irama Keroncong dan Langgam Melayu sangat diapresiasi. Ia orang pertama yang mengganti harmonium pompa dalam langgam melayu dengan instrument akordean. Mengikuti karirnya dalam biografi Ismail Marzuki sungguh menarik. Pada tahun 1937 beberapa lagu Bang maing seperti O Sarinah, Ali Baba Rumba, dan Olhe Lheu Dari Kotaradja direkam dalam piringan hitam dan mendapat sambutan yang sangat antusias dari para penggemar music. Pada tahun 1938, Ia membawakan lagu bertajuk Duduk Termenung untuk mengisi suara dalam film Terang Bulan, karena Rd. Muchtar selaku pemerannya tidak dapat menyanyikannya. Sukses di dunia film, Ia diundang dalam serangkaian pementasan di Singapura dan Malaysia. Pada tahun 1939, Ia menciptakan lagu berjudul Als De Orchideen Bloeien yang mampu memukau hati penggemar diseluruh tanah air hingga melintas ke negeri Belanda.
Menelaah lebih dalam biografi Ismail Marzuki, kita jadi mengetahui kalau Ia adalah seorang pejuang kemerdekaan melalui syair lagu. Lagu-lagu yang Ia ciptakan mampu membakar semangat perlawanan rakyat pribumi terhadap para penjajah. Ia menggubah lagu Indonesia Pusaka dan Bisikan Tanah air yang berujung pada pemanggilan dirinya oleh Kenpetai, karena lagunya yang disiarkan secara luas melalui radio dianggap memprovokasi rakyat untuk melawan penjajah Jepang. Ia menciptakan mars Gagah Perwira untuk memberi semangat perjuangan kepada para pasukan Peta (Pembela Tanah Air). Sedangkan lagu Rayuan Pulau Kelapa, Ia ciptakan pada tahun 1944.
Pada biografi Ismail Marzuki, sisi kehidupan pribadinya terungkap, kalau Ia menikah dengan Eulis Zuraidah. Ia memiliki anak angkat bernama Rachmi Aziah, sedangkan sampai akhir hayatnya Ia tidak dikaruniai anak kandung yang terlahir dari Rahim istrinya. Tahun 1956, Ia menulis lagu berjudul Inikah Bahagia saat sedang sakit. Menjalani masa sakit selama dua tahun hingga akhirnya pada tanggal 25 Mei 1958 Ia meninggal dunia dalam usia 44 tahun. Namanya terkenang sepanjang masa dan terabadikan lewat Pusat Kebudayaan dan Sastra di Salemba Jakarta Pusat dengan nama Taman Ismail Marzuki. Ia dianugerahi sebagai salah satu Pahlawa Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden No 089/TK/ tahun 2004.

    Penghargaan Ismail Marzuki    

  • Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden No 089/TK/ tahun 2004
  • Namanya diabadikan sebagai pusat seni dan kebudayaan Taman Ismail Marzuki (TIM), 1968

Biografi Mohammad Yamin: Seorang Sejarahwan, Sastrawan, Ahli Hukum Dan Politikus


Biografi Mohammad Yamin Tokoh Pahlawan Nasional, Sejarahwan, Sastrawan, Ahli Hukum Dan Politikus

    Profil Mohammad Yamin    

Nama : Prof. Mohammad Yamin, S.H.
Tanggal Lahir : 24 Agustus 1903
Tempat Lahir : Sawahlunto, Sumatera Barat, Hindia Belanda
Zodiac : Virgo
Meninggal : Jakarta, 17 Oktober 1962 (umur 59)
Makam : Talawi, Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat.
Agama : Islam
Ayah : Tuanku Oesman Gelar Baginda Khatib
Ibu: Siti Saadah

    Profil Mohammad Yamin    

Mohammad Yamin merupakan pahlawan yang memperjuangakan persatuan dan kesatuan pemuda melalui Sumpah Pemuda tahun 28 Oktober 1928. Beliau adalah seorang sastrawan, politikus dan ahli hukum yang disegani sebagai Pahlawan nasional Indonesia. Beliau Lahir di Sawah Lunto Sumatera Barat pada tanggal 24 Agustus 1903. Biografi Mohammad Yamin dimulai dari Riwayat pendidikan Mohammad Yamin di awali dengan pendidikan dasar d Palembang, kemudian ia melanjutkan sekolahnya di Yogyakarta yaitu Sekolah AMS. Disana ia juga mempelajari sejarah purbakala dan beberapa bahasa di dunia seperti latin, kael dan Yunani. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan hukum di Batavia. Ia memperoleh gelar Messter in de Rechten/Sarjana Hukum dari Rechtshoogeschool te Batavia.

Kisah hidup Mohammad Yamin pada masa penjajahan pemerintahan Belanda, di isi dengan bergabung dengan beberapa organisasi kepemudaan. Salah satu organisasi yang ia ikuti saat beliau masih kuliah adalah Jong Sumateranen Bond. Bersama organisasinya ini Beliau terlibat dalam panitia Sumpah pemuda.  Setelah mendapatkan gelar S 1 nya ia juga bergabung menjadi anggota PARTINDO yang tidak bertahan lama.  Biografi Mohammad Yamin dilanjutkan keikutsertaan Mohammad Yamin mengikuti organisasi Gerinda bersama kapau Gani, Amir Syarifuddin dan Adenan. Pada saat pemerintahan penjajah jepan Mohammad Yamin masih tetap bergerak untuk mencapai kemerdekaan melalui Pusat Tenaga Rakyat bentukan Jepang. Selain itu ia juga terpilih sebagai anggota dalam badan bentukan pemerintahan jepang yaitu badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). 
Setelah Indonesia mendapatkan kemerdekaan dan kekuasaan negara dipimpin oleh Soekarno Hatta, beliau diangkat sebagai pemangku jabatan penting dalam sebuah negara. Biografi Mohammad yamin mencatat beliau pernah menjabat sebagai anggota DPR dari tahun 1950. Cerita hidup Mohammad Yamin dilanjutkan dengan menjadi menteri kehakiman pada tahun 1952 hingga 1952. Dilanjutkan dari tahun 1953 hingga 1955 Beliau menjadi menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan. Beliau juga sempat menjabat ketua Dewan perancang Nasional pada tahun 1962. Beliau juga menjadi pengawas IKBN Antara (1961-1962) dan menjadi menteri penerangan (1962-1963). 
Terlepas dari biografi Mohammad Yamin yang mencatat keberhasilan karier nya di bidang politik, beliau juga merupakan seorang sejarahwan dan sastrawan. Beliau juga dikenal sebagai perintis puisi Modern di Indonesia. Beliau sering menulis dan menerbitkan tulisan-tulisannya dalam journal berbahasa belanda maupun berbahasa melayu. Karyanya yang telah diterbitkan adalah puisi Tanah Air dan Tumpah Darahku. Karyanya tersebut sebagian besar berbentuk sonata. Tidak hanya terbatas pada puisi, beliau juga menerbitkan esai, drama dan terjemahan karya Shakespeare dan Rabindranath Tagore. 
Pahlawan Nasional Indonesia ini mengakhiri Biografi Mohammad Yamin dengan tutup usia di Jakarta pada tanggal 17 oktober 1962 di usia nya 59 tahun. Berdasarkan perjuangan hidup Mohammad Yamin kepada Indonesia, beliau mendapat penghargaan Bintang Mahaputra RI dari Presiden, Penghargaan Corps Polisi Militer atas jasanya telah menciptakan lambang gajah mada dan Panca Darma corps, dan penghargaan panglima Kostrad.

    Pendidikan Mohammad Yamin    

  • Hollands Indlandsche School (HIS)
  • Sekolah guru
  • Sekolah Menengah Pertanian Bogor
  • Sekolah Dokter Hewan Bogor
  • AMS
  • Sekolah kehakiman (Reeht Hogeschool) Jakarta

    Karir Mohammad Yamin    

  • Ketua Jong Sumatera Bond (1926-1928)
  • Anggota Partai Indonesia (1931)
  • Pendiri partai Gerakan Rakyat Indonesia
  • Anggota BPUPKI
  • Anggota panitia Sembilan
  • anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
  • Menteri Pendidikan
  • Menteri Kebudayaan
  • Menteri Penerangan
  • Ketua Dewan Perancang Nasional (1962)
  • Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962)

    Penghargaan Mohammad Yamin    

  • Gelar pahlawanan nasional pada tahun 1973 sesuai dengan SK Presiden RI No. 088/TK/1973
  • Bintang Mahaputra RI
  • Tanda penghargaan dari Corps Polisi Militer sebagai pencipta lambang Gajah Mada dan Panca Darma Corps
  • Tanda penghargaan Panglima Kostrad atas jasanya menciptakan Petaka Komando Strategi Angkatan Darat

Biografi Soepomo “Pencetus dan Arsitek UUD 1945”


Biografi Soepomo “Pencetus dan Arsitek UUD 1945” Tokoh Pahlawan Nasional

    Profil Soepomo    

Nama Lengkap : Soepomo
Tanggal Lahir : 22 Januari 1903
Tempat Lahir : Sukoharjo, Jawa Tengah, Hindia Belanda
Zodiac : Aquarius
Meninggal : Jakarta, 12 September 1958 (umur 55)
Makam : Pemakaman keluarga di kampung Yosoroto, Sala
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam


    Profil Soepomo    

Pahlawan nasional yang merupakan pencetus sekaligus arsitek UUD 1945 ini dikenal dengan nama Prof. Mr. Soepomo. Ia adalah seorang ahli hukum pada generasi pertama yang sudah ada ketika Indonesia merdeka. Dalam biografi Soepomo, semasa hidupnya hingga akhir hayatnya ia juga berturut serta berperan dalam pembentukan adanya sistem nasional. Nama Soepomo sering terdengar saat menempuh pendidikan di sekolah dasar maupun menengah. Berikut akan diulas kembali sejarah dari beliau, agar anda bisa mengetahui secara jelas dan mengingat kembali perjalanan hidup Soepomo saat memerdekakan Indonesia. 

Prof. Mr. Soepomo lahir di kota Sukoharjo, Jawa Tengah pada tanggal 22 Januari 1903. Dalam biorafi soepomo disebutkan bahwa ia terlahir dari kalangan keluarga ningrat aristocrat jawa. Kakek dari pihak ibunya adalah Raden Tumenggung Wirjodirodjo, bupati Nayak dari Sragen. Sedangkan Kakek dari pihak ayahnya adalah raden Tumenggung Reksowardono, bupati Anom Sukaharjo pada masa kejayaannya dulu. Pada tahun 1917 pahlawan Soepomo beruntung memiliki keluarga dari keluarga priyayi, sehingga ia memiliki kesempatan untuk bisa menjajaki pendidikan di ELS yaitu sekolah yang setingkat dengan sekolah dasar di daerah Boyolali. Kemudian di tahun 1920 Soepomo melanjutkan pendidikannya di MULO di kota Solo. Setelah itu meneruskan pendidikan hukumnya di Bataviasche Rechtsschool di Batavia dan lulus pada tahun 1923. Kemudian ia ditunjuk oleh kolonial Belanda sebagai pegawai negeri pemerintahannya yang di bantu oleh ketua dari pengadilan negeri Sragen tahun 1977. Kemudian di antara tahun 1924 hingga 1927, beliau mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studinya ke Rijksuniversiteit Leiden di Belanda yang dibimbing oleh Cornelis van Vollenhoven. Ia adalah seorang professor hukum arsitek yang dikenal sebagai tokoh ilmu hukum adat Indonesia dan seorang ahli hukum di bidang hukum internasional, yaitu salah satu konseptor Liga Bangsa Indonesia.    
Pada tahun 1927 dalam biografi Soepomo juga dijelaskan bahwa ia pernah menyandang gelar sebagai doctor dengan judul disertasinya yaitu Reorganisatie van het Agrarisch Stelsel in het Gewest Soerakarta (Reorganisasi Sistem Agraria di Wilayah Surakarta). Dalam disertasinya, Soepomo bukan hanya mengupas adanya sistem agraria tradisional saja akan tetapi juga meneliti hukum-hukum kolonial yang terkait dengan pertahanan di daerah Surakarta. Dengan menggunakan bahasa belanda yang ditulis secara halus dan tidak langsung dan menggunakan argument kolonialnya, kritik Soepomo atas wacana-wacana kolonial yaitu tentang proses transisi agrarian di letakkan dalam disertasinya tersebut. 
Pada buku biografi soepomo tentang bahasa belanda yang terkait dengan krtikan-kritikan tersebut yang pada dasarnya saat menyatakan kritikan kolonialnya, Soepomo meletakkan etika jawanya saat melakukan penulisan subjeytivitas pada argumentnya tersebut. Ini bisa dilihat di buku Frans Magnis-Suseno tentang etika jawa dan buku Ben Anderson tentang Language and Power, sebagai patokan tentang etika jawa untuk memahami strategi dan cara pandang agensi Soepomo. 
Hampir tidak ditemukan di biografi Soepomo, kecuali satu karangan Soegito (1977) yang menyatakan bahwa berdasarkan departemen pendidikan dan kebudayaan, Marsilam Simanjutak mengatakan bahwa Soepomo adalah sumber munculnya fasisme di Negara Indonesia karena adanya kekaguman Soepomo terhadap sistem pemerintahan jepang dan jerman. Simanjuntak menilai bahwa Negara orde baru pada jendral Soeharto adalah bentuk Negara yang sistem pemerintahannya paling dekat dengan Soepomo. Akan tetapi ini perlu di pertimbangkan dan diperdebatkan lagi. Soepomo meninggal di usia muda akibat sakit serangan jantung yang dideritanya. Ia meninggal pada tanggal 12 September 1959 di Jakarta dan dimakamkan di daerah Solo. Semoga informasi di atas dapat memberikan gambaran serta wacana bagi pembaca.

    Pendidikan Soepomo    

  • ELS (Europeesche Lagere School) di Boyolali (1917)
  • MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) di Solo (1920)
  • Bataviasche Rechtsschool di Batavia (lulus tahun 1923)
  • Rijksuniversiteit Leiden/Leiden University (1924)

    Karir Soepomo    

  • Pegawai yang diperbantukan pada Pengadilan Negeri Yogyakarta
  • Anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
  • Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
  • Ketua Panitia Kecil Perancang UUD
  • Menteri Kehakiman
  • Rektor Universitas Indonesia (1951-1954)

    Penghargaan Soepomo    

  • Gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional (1965)

Biografi Pattimura “Sang Pahlawan dari Seram Selatan”


Biografi Pattimura “Sang Pahlawan dari Seram Selatan” Tokoh Pahlawan Nasional

    Profil Pattimura    

Nama : Kapitan Pattimura
Lahir :  Minggu 8 Juni 1783, Haria, pulau Saparua, Maluku
Meninggal : 16 Desember 1817, Ambon, Maluku
Ayah : Frans Matulesi
Ibu : Fransina Silahoi.
Zodiac : Gemini
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam


    Biografi Pattimura    

Pastilah semua orang sudah pernah melihat uang kertas nominal 1000 rupiah bukan? Dalam uang kertas tersebut terdapat gambar seorang pahlawan Indonesia yang gugur hanya demi memperebutkan kemerdekaan Indonesia. Seorang pahlawan yang membawa sebilah pedang yang ia taruh di dadanya. Pahlawan yang sangat gagah dan terlihat tegas itu dikenal dengan Pattimura. Mungkin, namanya sudah sering disebut di pelajaran sejarah. Namun, tak ada salahnya jika mengulas kembali tentang biografi pattimura agar anda bisa mengetahui pahlawan asal daerah Maluku ini lebih dalam. Simak informasi perjalanan hidup Pahlawan Maluku ini selengkapnya. 
Pahlawan yang gambarnya terpajang di uang kertas seribu rupiah tersebut memiliki nama lengkap Thomas Matulessy. Ia lahir di Maluku, tepatnya di daerah Hualoy, Seram Selatan pada tanggal 8 Juni 1783. Konon katanya, dalam buku biografi pattimura yang ditulis oleh M. Sapija dituliskan bahwa pahlawan dari Maluku ini merupakan keturunan dari bangsawan. Gelar bangsawan tersebut didapatkannya dari ayah Pattimura yang bernama Antoni Mattulessi. Sedangkan ayahnya mendapatkan gelar dari kakeknya yang bernama Raja Sahulau. Putra dari pasangan Frans Matulesi dan Fransina Silahoi ini meninggal dunia pada usia yang terbilang masih muda, 34 tahun, tepatnya pada tanggal 16 Desember 1817.
Mungkin, sebagian dari Anda bertanya-tanya dari mana asal kata “Kapitan” yang selalu disebut ketika anda memanggil nama pahlawan dari Maluku tersebut. Dalam buku biografi Pattimura versi pertama dituliskan bahwa Kapitan adalah gelar yang diperoleh pahlawan dari seram Selatan tersebut. Padahal, dalam faktanya kata “Kapitan” diperoleh dari dalam dirinya sendiri. Orang Maluku percaya bahwa dalam diri Thomas Mattulessy tersebut terpancar aura kepemimpinan yang sifatnya turun temurun. Kharisma itulah yang membuat gelar Kapitan menempel pada dirinya. Hingga sampai sekarang sudah berabad-abad kata “Kapitan” masih selalu disebut saat menyebutkan nama Pattimura. 
Dalam buku biografi pattimura juga disebutkan, pada tahun 1816, Inggris menyerahkan Maluku kepada Belanda dan hal tersebut membuat kondisi social, ekonomi, dan politik Maluku semakin tidak karuan. Kondisi tersebut disebabkan oleh monopoli politik yang dilakukan oleh Belanda. Akhirnya, karena tak tahan dengan kesewenang-wenangan pemerintahan Belanda, rakyat Maluku mencoba melakukan perlawanan. Dari situlah nama Kapitan Pattimura mulai berkibar karena ia adalah pemimpin perang di Maluku. Di bawah pimpinan Kapitan tersebut, rakyat Maluku banyak mendapatkan kemenangan, salah satunya mereka berhasil merebut benteng Duurstede. 
Namun ternyata, ada juga orang yang tak suka dengan Pattimura. Hal itu terbukti dengan adanya pengkhianatan yang dilakukan oleh Raja Booi. Salah satu raja Maluku tersebut membeberkan semua strategi Pattimura kepada Belanda. Ditambah lagi, Belanda yang licik mencoba menggunakan adu domba sebagai taktik untuk menghancurkan pemimpin rakyat Maluku tersebut. Akhirnya, pada tanggal 11 November 1817, Pattimura berhasil ditangkap oleh belanda dan Benteng Durstede kembali ke pelukan Belanda. Tak puas hanya menangkap Pahlawan Maluku saja, Belanda juga memberikan sanksi sadis kepada Putra kebanggaan Maluku dengan cara menggantungnya di depan benteng New Victroria Ambon. Berkat perjuangannya membela kemerdekaan, pada tahun 1973, pemerintah RI kemudian memberikan gelar pahlawan Nasional pada Pattimura. Semoga informasi tentang Biografi Pattimura di atas bermanfaat bagi para pembaca. 

    Penghargaan Pattimura    

  • Gelar Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia 1973

Biografi T.B. Simatupang “ Pahlawan Militer Dari Sumatera Utara”

Biografi T.B. Simatupang Pahlawan Nasional

    Profil T.B. Simatupang    

Nama : Tahi Bonar Simatupang
Lahir :  Sidikalang, Sumatera Utara, 28 Januari 1920
Meninggal : Jakarta, 1 Januari 1990 (umur 69 tahun)
Agama : Kristen
Kebangsaan : Indonesia
Pasangan : Sumarti Budiardjo
Nama Ayah : Simon Mangaraja Soaduan Simatupang
Nama Ibu : Mina Boru Sibutar
Anak 4 :  Tigor, Toga, Siadji, dan Ida Apulia

    Biografi T.B. Simatupang    

Bagi kaum awam maupun terpelajar nama dari T.B. Simatupang hanya dikenal dan diidentikan sebagai nama dari sebuah jalan yang ada di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Seorang pahlawan militer yang memiliki strategi yang bagus dalam melawan penjajah. Akan tetapi nama tersebut jarang terdengar dan paling cuma dijumpai saat melewati kota tersebut dan mempelajari pelajaran sejarah di sekolah. Namun, tidak ada salahnya jika mengulas dan mengenal kembali tentang biografi T.B. Simatung sosok pahlawan militer dari Sumatera Utara. Agar anda dapat mengetahui secara gamblang tentang perjalanan dan tokoh pahlawan militer dari Sumatera Utara ini. 
Seorang pahlawan militer yang namanya telah diidentikan sebagai nama jalan di daerah Jakarta Selatan ini memiliki nama lengkap Tahi Bonar Simatupang atau lebih dikenal sebagai T.B. Simatupang. Ia lahir pada tanggal 28 Januari tahun 1920 di Sidikalang, Sumatera Utara dan meninggal di usia 69 tahun di Jakarta pada tanggal 1 Januari 1990. Ia adalah anak ke dua dari tujuh bersaudara. Dalam biografi T.B. Simatupang disebutkan bahwa ia lahir dari keluarga yang sederhana. Ayahnya bernama Simon Mangaraja Soaduan Simatupang, beliau bekerja sebagai seorang pegawai tukang pos. Pahlawan Simatupang ini menempuh sekolah pendidikannya di HIS Pematangsiantar, ia lulus pada tahun 1934. Lalu melanjutkan pendidikannya di MULO Tarutung tahun 1937, kemudian di AMS Jakarta dan lulus pada tahun 1940. Setelah menempuh pendidikan dasar dan menengah, T.B. Simatupang mendaftarkan diri di pendidikan kemiliteran dan di terima di KMA (koninklije militaire academie) di bandung hingga tahun 1942.
Setelah menyelesaikan studi kemiliterannya, dalam biografi T.B. Simatupang, ia adalah seorang ahli militer yang memiliki startegi perang dan menjadi seorang diplomat yang sangat ulung. Perjalanan T.B. Simatupang dalam melawan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, ia diangkat sebagai wakil staf angkatan perang RI pada tahun 1958-1949 dan menjabat sebagai kepala staf angkatan RI pada tahun 1950-1954 diusianya yang masih muda. Tahun 1954-1959 Simatupang diangkat sebagai penasehat militer di bagian Departemen Pertahan RI. Karena memiliki perbedaan prinsip dengan presiden Soekarno, kemudian ia mengunduran diri dengan memiliki pangkat sebagai letnan jendral dari dinas aktif saat kemiliterannya.
Setelah selesai dan tidak aktif dalam hal kemiliteran Negara RI, ia mengisi hari-harinya dengan melakukan kegiatan di sebuah gereja. Banyak sumbangan yang ia berikan kepada umat Kristen tentang pengembangan landasan etik teologi untuk dijadikan dasar tanggung jawab kepada bangsa dan masyarakat Indonesia. Keterlibatan ia di sebuah organisasi maupun lembaga dari kalangan Kristen, kemudian ia dijuluki sebagai “ Teoretikus Oikumenis” pertama yang lahir dari kalangan gereja Indonesia setelah kemerdekaan RI. Dalam biografi T.B. Simatupang ia juga dikenal sebagai tokoh yang memberikan banyak sumbangan bagi pekabaran injil di Batak, khususnya pada zaman Dr. Ingwer Ludwig Nommensen.
Sejak kecil T.B. Simatupang adalah seorang yang ahli dalam membaca dan menulis. Dalam biografinya menyebutkan bahwa ada 3 karl yang telah mempengaruhi pikiran dan hidupnya. 3 karl tersebut adalah Karl Von Clausewitz, seorang tokoh ahli dalam strategi kemiliteran, Karl Barth dan Karl Marx, seorang teologi protestan terkemuka pada abad ke-20. Semua yang mencangkup kehidupan dari Simatupang mencerminkan peranan dari 3 karl tersebut. Di lingkungan masyarakat, T.B. simatupang pernah menjabat sebagai ketua yayasan di UKI dan ketua yayasan di IPPM. Ia juga merupakan salah satu pencetus dari lembaga ini, ketika banyak orang yang belum memikirkannya. T.B. Simatupang percaya bahwa Negara Indonesia memerlukan pemimpin-pemimpin yang mempunyai dan menguasai ilmu-ilmu managemen baik itu di bagian perusahaan maupun di sekitar masyarakat. Semoga biografi T.B. Simatupang di atas dapat memberikan wacana dan manfaat bagi para pembaca.

    Karya tulis T.B. Simatupang    

  • Soal-soal Politik Militer di Indonesia (1956)
  • Laporan dari Banaran: Kisah Pengalaman Seorang Prajurit selama Perang Kemerdekaan (1960)
  • Pemerintah, Masjarakat, Angkatan Perang: Pidato-pidato dan karangan-karangan 1955-1958 (1960)
  • Tugas Kristen dalam Revolusi (1967)
  • Capita Selecta Masalah Hankam (1967)
  • Pengetahuan Militer Umum (1968)
  • Pengantar Ilmu Perang di Indonesia (1969)
  • Diskusi Tjibulan II: Dukungan dan Pengawasan Masjarakat dalam Pembangunan, 9-11 Djanuari 1970 (disusun bersama oleh Anwar Harjono, H. Rosihan Anwar, T.B. Simatupang) (1970)
  • Kejakinan dan Perdjuangan: Buku Kenangan untuk Letnan Djenderal Dr. T.B. Simatupang (1972)
  • Keselamatan Masakini [disusun oleh T.B. Simatupang, bersama S.A.E. Nababan dan Fridolin Ukur (1973)
  • Buku Persiapan Sidang Raya Dewan Gereja-Gereja Sedunia, 1975 (1974)
  • Ketahanan Nasional dalam Situasi Baru di Asia Tenggara: Ceramah pada tanggal 30 Juni 1975 di Gedung Kebangkitan Nasional, Jakarta (1975)
  • Ceramah Letnan Jenderal TNI (Purn) Dr. T.B. Simatupang di AKABRI Bagian Darat, tanggal 4 November 1981 [microform] (1981)
  • Pelopor dalam Perang, Pelopor dalam Damai (1981)
  • Arti Sejarah Perjuangan Kemerdekaan: Ceramah tanggal, 14 Oktober 1980 di Gedung Kebangkitan Nasional Jakarta (1981)
  • Iman Kristen dan Pancasila (1984)
  • Harapan, Keprihatinan dan Tekad: Angkatan 45 Merampungkan Tugas Sejarahnya (1985)
  • Kehadiran Kristen dalam Perang, Revolusi dan Pengembangan: Berjuang Mengamalkan Pancasila dalam Terang Iman (1986)
  • Percakapan dengan Dr. T.B. Simatupang (penyunting: H.M. Victor Matondang) (1986)
  • Peranan Angkatan Perang dalam Negara Pancasila yang Membangun (1980)
  • Peranan Agama-agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam Negara Pancasila yang Membangun (1987)
  • Dari Revolusi ke Pembangunan (1987)
  • 70 tahun Dr. T.B. Simatupang: Saya adalah Orang yang Berhutang [penyunting: Samuel Pardede] (1990)
  • Penghayatan Kesatuan Bangsa dalam rangka Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila Menuju Tinggal Landas (1990)
  • Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos: Menelusuri Makna Pengalaman Seorang Prajurit Generasi Pembebas bagi Masa Depan Masyarakat, Bangsa, dan Negara (1991)

    Penghargaan T.B Simatupang    

  • Pahlawan Nasional 

Biografi Agus Salim "Sang Diplomat Yang Religius Dan Patriotik"


Agus Salim Tokoh Pahlawan Nasional

    Profil Agus Salim    

Nama Lengkap : Agus Salim
Lahir : Sumatera Barat, 8 Oktober 1884
Meninggal :  Jakarta, 4 November 1954 (70 Tahun)
Zodiac : Balance
Profesi : Jurnalis, Diplomat
Makam  : Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam


    Biografi Agus Salim    

Agus Salim terlahir sebagai anak keempat dari pasangan Soetan Mohamad Salim dan Siti Zaenab pada tanggal 8 Oktober 1884 di Koto Gadang, Agam Sumatera Barat. Ayahnya, seorang Jaksa Kepala di Pengadilan Tinggi Riau. Mashudul Haq yang berarti ``Pembela Kebenaran`` adalah nama yang diberikan oleh orang tuanya saat beliau lahir. Menelusuri jejak dalam biografi Agus Salim, kita mendapati kecerdasannya sangat menonjol dibanding teman-temannya. Terlahir dari keluarga yang berada, membuat Agus Salim dapat mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah Belanda tanpa hambatan. Pada usia 19 tahun, belai lulus dari HBS (Hogere Burger School) atau sekolah menengah atas saat ini dalam waktu 5 tahun dengan menyandang predikat lulusan terbaik di tiga kota yaitu Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Pada usia mudanya itu, Agus salim mampu menguasai sedikitnya tujuh bahasa asing; Belanda, Inggris, Arab, Turki, Perancis, Jepang,dan Jerman.
Semangat belajar Agus Salim terus Menyala, dan berbekal sebagai lulusan terbaik dia mengajukan beasiswa kepada pemerintah Belanda untuk dapat melanjutkan sekolah Kedokteran di Belanda. Tanpa sebab yang jelas, ternyata permohonannya ditolak yang membuatnya kecewa. Disisi lain, R.A. Kartini yang hidup sejaman dengan Agus Salim, mendapatkan beasiswa dari pemerintah Belanda untuk bisa belajar di negeri Kincir Angin tersebut. Namun,karena beliau telah menikah, yang dalam tradisi adat Jawa, tidak memperbolehkan seorang wanita yang sudah menikah jauh dari suaminya mengurungkan niat belajarnya. Mengetahui ada anak muda yang cerdas dan merupakan lulusan terbaik dari tiga kota sekaligus, maka kartini berkirim surat kepada temannya, Ny. Abendanon yang merupakan istri pejabat di negeri Belanda yang berwenang menentukan beasiswa untuk mengalihkan beasiswa kepada Agus Salim. Pengajuan pengalihan beasiswa R.A. kartini kepada Agus Salim disetujui oleh pemerintah Belanda. Membaca biografi Agus Salim kita dapati, kalau dia orang yang memiliki kemerdekaan diri yang tinggi. Beasiswa dari pemerintah Belanda justru ditolaknya, karena Ia tahu, itu bukan murni atas prestasinya, namun karena atas permintaan seorang bangsawan bernama Kartini. Dia justru merasa tersinggung atas perlakuan yang tidak adil tersebut.
Dalam biografi Agus Salim disebutkan, pada tahun 1906 bersamaan dengan gagalnya dia melanjutkan sekolah, beliau mendapatkan tawaran kerja sebagai penerjemah di konsulat Belanda di Jeddah, Arab Saudi. Beliau menerima pekerjaan tersebut dalam kurun waktu 2 tahun antara tahun 1909 sampai 1911. Disela-sela pekerjaannya, beliau menimba ilmu lebih jauh tentang agama Islam kepada Syech Ahmad Khatib, seorang Imam di Masjidil Haram yang juga pamannya sendiri dan merupakan guru dari KH. Hasyim Asy`ari pendiri NU dan KH. Ahmad dahlan Pendiri Muhammadiyah. Selain belajar agama, beliau juga belajar mengenai ilmu diplomasi dan politik. Perpaduan ketajaman ilmu Agama, ilmu Politik, Kemampuan Bahasa asing dan kecerdasannya yang tinggi membuatnya menjadi pribadi yang disegani. Saat pulang ke tanah air, beliau langsung aktif dalam pergerakan nasional dan juga mendirikan Sekolah HIS (Hollandsche Inlandesche School.
Melanjutkan biografi Agus Salim, perjuangan politiknya diawali saat bergabung dengan Serikat Islam pada tahun 1915 yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis. Beliau sempat menjadi anggota Volksraad ( semacam DPR/MPR) dari perwakilan SI di pemerintah Hindia Belanda menggantikan seniornya HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis. Agus Salim tidak bertahan lama dan mengalami kekecewaan atas kebijakan pemerintah Hindia Belanda sebagaimana pendahulunya dan berkesimpulan berjuang dari dalam tidak efektif hingga memutuskan focus berjuang melalui SI. Pada tahun 1923 SI pecah secara ideolgi menjadi SI kiri atau SI merah yang berideologikan ke ``kiri`` yang dipimpin oleh Semaun dan Darsono yang menjadi cikal bakal PKI dengan SI kanan atau SI Putih yang berhaluan ideology kanan, dimana Agus Salim tergabung didalamnya dengan Tjokroaminoto. Agus Salim sering mendapat tuduhan sebagai mata-mata Belanda, namun ditepisnya dengan keberaniannya untuk mengkritik pemerintah Belanda melalui pidato-pidatonya. Agus Salim menjadi pimpinan puncak SI menggantikan HOS Tjokroaminoto yang wafat pada tahun 1934. Selain di SI, beliau mendirikan juga organisasi Jong Islamieten Bond dan melakukan perubahan pola pikir dari yang kaku ke Islam moderat dengan meniadakan hijab pemisah antara tempat duduk laki-laki dan perempuan pada kongres ke 2 Jong Islamieten Bond di Yogyakarta tahun 1927.
Membaca biografi Agus Salim lebih dalam kita menemukan keterlibatan beliau sebagai anggota PPKI yang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia, beliau mendapat mandate sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung. Pada Kabinet Syahrir I dan II, beliau di tunjuk menjadi Menteri Muda Luar Negeri. Begitu pula pada cabinet Hatta. Berlanjut setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh internasional, beliau ditunjuk menjadi penasihat Menteri Luar Negeri. ``The Grand Old Man`` adalah julukan terhadap Agus Salim, karena kepiawainnya dalam berdiplomasi yang tidak tertandingi pada jamannya. Salah satu contoh, beliau sangat cerdik untuk mendapatkan pengakuan atas kemerdekaan Indonesia dari Negara Jerman. Negara Jerman yang merasa keturunan bangsa Arya berlaku sombong dan menganggap rendah Negara atau orang yang tidak bisa berbahasa Jerman. Maka, saat kunjungannya sebagai Menteri Luar Negeri, dia menyusun naskah pidatonya dalam Bahasa Jerman yang sangat fasih dan memukau petinggi Jerman hingga akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia.
Menelaah biografi Agus Salim, kita akan menemukannya sebagai sosok yang merdeka dalam berpikir dan bertindak. Beliau tidak mau terkungkung dalam batasan-batasan, termasuk mendobrak tradisi Minang yang menurutnya kolot. Walaupun seorang tokoh yang disegani dan sangat cerdas, penampilannya sangat sederhana,sering hanya menggunakan sarung dan peci. Beliau tidak tidak memiliki brumah tetap dan selalu berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain. Di tiap kota, beliau hanya menyewa rumah yang kecil dan sederhana. Dalam hal pendidikan anak, beliau mengajarnya sendiri atau home schooling kalau dalam istilah sekarang. Hanya anaknya yang paling kecil yang disekolahkan secara formal. Beliau beranggapan, semua keahliannya tidak diperoleh disekolah formal, namun lebih karena belajar mandiri atau otodidak dengan ``learning by doing``. Beliau melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Belanda dalam hal pendidikan dengan berujar`` saya telah melalui jalan berlumpur akibat pendidikan kolonial``. Haji Agus Salim begitu akrab panggilannya di lintasan sejarah, wafat dalam usia 70 tahun tepatnya pada 4 November 1954 dan dimakamkan di TMP Kalibata. Atas segala jasa dan perjuangannya, beliau mendapat anugerah sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang tertuang dalam Keppres nomor 657 tertanggal 27 Desember 1961.

    Pendidikan Agus Salim    

  • Europeesche Lagere School (ELS)
  • Hoogere Burgerschool (HBS)

    Penghargaan Agus Salim    

  • Pahlawan Nasional Indonesia SK Keppres nomor 657 tahun 1961

Biografi Ahmad Dahlan "Sang Pembaharu Dalam Kata Dan Karya"


Biografi Ahmad Dahlan "Sang Pembaharu Dalam Kata Dan Karya" Pahlawan Nasional

    Profil KH. Ahmad Dahlan    

Nama : Kyai Haji Ahmad Dahlan
Lahir : 1 Agustus 1868, Daerah Istimewa Yogyakarta
Meninggal : 23 Feb 1923, Daerah Istimewa Yogyakarta
Kebangsaan : Indonesia
Makam : Kampung Karangkajen, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta
Anak : Djohanah, Dandanah, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siradj Dahlan, Siti Zaharah, Siti Busyro
Nama Ayah : K.H. Abu Bakar
Nama Ibu : Siti Aminah

    Biografi KH. Ahmad Dahlan    

Ahmad Dahlan dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1868 di Yogyakarta dengan nama Muhammad Darwisy. Beliau merupakan anak ke empat dari tujuh bersaudara dari K.H. Abu bakar, seorang Khatib dan ulama di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta. Secara garis nasab, beliau termasuk keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah satu tokoh penyebaran agama Islam di Jawa dan termasuk pemuka dari Walisongo. Pada Biografi Ahmad Dahlan disebutkan, pada usia 15 tahun beliau menunaikan Ibadah Haji dan bermukim di kota suci Makkah selama 5 tahun untuk memperdalam agama Islam. Interaksi ahmad Dahlan dengan pemikiran para pembaharu Islam, seperti Muhammad Abduh, jamaludin Al-Afghani, Ibnu Taimiyah dan Rasyid Ridha begitu inten dalam periode ini hingga sangat mempengaruhi pola pikirnya. Pada tahun 1888 beliau pulang kampong dan berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, beliau berangkat lagi ke Makkah dan menetap disana selama dua tahun untuk lebih memperdalam agama Islam. Pada periode ini,Ahmad Dahlan berguru pada orang yang sama dengan pendiri NU, K. H. Hasyim Asy`ari yaitu Syeh Ahmad Kahtib. Membaca Biografi Ahmad Dahlan, kita akan menemukan kalau beliau orang yang haus ilmu, sehingga beliau belajar berbagai bidang ilmu dari beberapa guru dengan latar belakang keilmuan yang berbeda. Beliau belajar fiqih pada KH. Muhammad Shaleh, mendalami ilmu Nahwu-Sharaf (tata bahasa) pada KH. Muhsin. Pendalaman ilmu hadits pada KH. Ayyat dan Kiai Mahfud, sedangkan ilmu Al-Qur`an dipelajari dari Syekh Amin dan Sayid Bakri Satock. Disiplin ilmu lainnya yang juga beliau pelajari adalah ilmu falak (astronomi) dari KH. Raden Dahlan. Ilmu aplikatif lainnya yaitu ilmu pengobatan dan racun binatang yang dipelajari dari Syekh Hasan.
Sepulang dari Mekkah beliau menikah dengan Siti walidah anak Kyai Penghulu Haji Fadli. Dalam biografi Ahmad dahlan disebutkan, beliau pernah menikah lima kali selama hidupnya. Selain sebagai tokoh agama, beliau juga seorang pedagang batik yang mumpuni. Maka tak heran, kalau gagasan dan pemikirannya cepat menyebar ke berbagai daerah, karena memang aktivitasnya yang terus berputar dari wilayah satu ke wilayah lainnya. Disela-sela berdagang, beliau selalu mendakwahkan ajaran agama Islam. Ahmad Dahlan merupakan seorang aktivis kemasyarakatan yang memiliki pemikiran cemerlang dan wawasan luas. Dengan mudah, beliau diterima diorganisasi Jam`iyatul Khair, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Pada tahun 1909 Ahmad Dahlan bergabung dengan Boedi Oetomo, sebuah organisasi tempat ditempanya para tokoh-tokoh nasionalis. Selain mengajarkan tentang agama pada anggota Boedi Oetomo, beliau juga belajar tentang organisasi, manajemen dan berbagai hal mengenai pergerakan. Dari sinilah beliau kemudian menyerap berbagai pengetahuan yang dipadukan dengan nilai-nilai keagamaan. Maka pada 18 November 1912 (8 Dzulhijah 1330) beliau mendirikan organisasi kemasyarakatan dan pendidikan yang dilandasi semangat keagamaan dan pembaharuan bernama Muhammadiyah.
Selintas membaca biografi Ahmad Dahlan, kita akan mendapati, bahwa beliau adalah orang yang puritan dalam arti memegang teguh kemurnian agama. Bahkan melalui Muhammadiyah beliau selalu menyampaikan, apapun amaliah agam yang tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan sesuatu yang terlarang. Disisi lain, beliau juga seorang moderat, yang dengan lentur bisa bergaul dengan berbagai pemikiran dan kalangan termasuk tokoh-tokoh lintas agama dan nasionalis. Pada bagian lain, kita akan menemukan, betapa beliau seorang reformis dan pembaharu sejati dalam bidang keagamaan dan social kemasyarakatan. Khusus dalam system pendidikan, beliau mereformasi pola pesantren yang hanya mengajarkan materi keagamaan dan menitikberatkan pada hafalan dengan memasukkan ilmu umum. Begitu pula sebaliknya, beliau memasukkan pelajaran agama pada sekolah-sekolah umum. Beliau mempelopori system klasikal pada lembaga pendidikan yang belum lazim saat itu. Perkara ini bukanlah hal yang sepele, karena berbagai sepak terjangnya akhir memunculkan gejolak, terutama dikalangan umat Islam, sehingga beliau mendapat hujatan bahkan dicap sebagai Kiai Kafir,antek asing dan sering mendapatkan terror bahkan ancaman pembunuhan. Tetapi kegigihan dan konsistensi Beliau tidak bergeser sedikitpun atas berbagai cobaan yang menimpa.
Mendalami biografi Ahmad Dahlan, kita dapat mengambil pentingnya gagasan visioner yang dilandasi nilai-nilai kebenaran, pemikiran yang inklusif sekaligus eksklusif. Beliau selalu menekankan pentingnya amaliah atau praktek keagamaan secara nyata dalam keseharian. Agama bukan hanya berhenti pada pemahaman kognitif belaka, namun harus aplikatif dan mampu menjawab persoalan kemasyarakatan. Beliau juga menghilangkan budaya kultus individu dan ketergantungan pada individu. Terbukti Muhammadiyah, organisasi yang didirikannya memiliki beragam amal ilmiah dan terorganisir secara rapi hingga saat ini dan terus memberikan kontribusi pada masyarakat. Beliau wafat pada usia 54 tahun, tepatnya pada 23 Februari 1923 dan dimakamkan di Karang Kuncen, Yogyakarta. Atas jasa dan pengabdiannya, beliau dianugerahi gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang tertuang dalam SK Presiden No.657, tertanggal 27 Desember 1961.

    Penghargaan KH. Ahmad Dahlan    

  • Pahlawan Nasional Indonesia Keppres No. 657 tahun 1961

    Karir KH. Ahmad Dahlan    

  • Pendiri Muhammadiyah